Di dalam sana ia
bergeming
Menatap satu bayangan
di depannya
Terasa familiar
refleksinya
Namun begitu asing
rasanya
Kemana selama ini
pemiliknya pergi?
Tubuh yang di ambil
alih oleh obsesinya
Mengambil peran
menjadi yang paling kuat
Hingga lupa jika luka
telah merekah
Sepi menghanyutkan
jiwa
Pada air mata tak
beralasan
Ramai meluapkan
hasrat
Pada bibir yang tak
hentinya berucap
Dopamin kadang
menyombongkan dirinya
Lalu cortisol yang
meninggi
Membawanya pada gelap
yang pekat
Menidak-normalkan
hippocampal di limbiknya
Tak ada yang percaya
padanya
Ketika jujurnya
berkata
“Aku tak baik-baik
saja,”
Melirik sekeliling,
semua bisu
Kenyataan membawanya
berpura-pura
Menampilkan senyum
seolah dia tanpa luka
Namun lingkungan
tanpa sadar
Telah menumbuhkannya
menjadi monster
Satu waktu insomnia
menjaganya
Malam memeluknya
dengan erat
Dirinya terdoktrin
Pada anggapan 24 jam
sehari tak cukup baginya
Lukisan aneh tak bergambar
Beragam ide
melebamkan tangannya
Abstrak menjuduli
hidupnya
Cerdas menjadi
headline profilnya
Sebuah waktu dirinya
membuang jiwanya
Membanding hidupnya
dengan lainnya
Sebuah tabrakan
meresahkannya
Antara ilusi dan
kenyataan
Mimpi menjadi alamnya
Selimut menjadi
tempat berlindungnya
Membenci riuh dan
gemerlap
Mencintai kegelapan
yang menenangkan
Sesaat ia sadar
Membuka mata
memalingkan pandangan
Pintu lift telah
terbuka
Saatnya menyudahi
memandang bayangan asing
Saat kakinya
melangkah keluar
Déjà vu kembali
menghampirinya
Menggelengkan kepala,
mengerutkan dahinya
Mengembalikan keadaan
pada waktu yang seharusnya
Ia bukan manusia tak
beragama
Bukan manusia yang
kehilangan kepercayaan
Tiap langkahnya
selalu berdoa
Menyisih harap untuk
kesembuhan
Perjuangan di setiap
hela nafasnya
Terus menata puing
kehidupannya
Terus mendalami
sebuah hubungan sakral
Antara dirinya dan Sang Maha Pencipta
April 2, 2018 – 23:41 PM
Ditulis oleh JOY FARA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar