Jumat, 06 April 2018

Elevator



Di dalam sana ia bergeming
Menatap satu bayangan di depannya
Terasa familiar refleksinya
Namun begitu asing rasanya

Kemana selama ini pemiliknya pergi?
Tubuh yang di ambil alih oleh obsesinya
Mengambil peran menjadi yang paling kuat
Hingga lupa jika luka telah merekah

Sepi menghanyutkan jiwa
Pada air mata tak beralasan
Ramai meluapkan hasrat
Pada bibir yang tak hentinya berucap

Dopamin kadang menyombongkan dirinya
Lalu cortisol yang meninggi
Membawanya pada gelap yang pekat
Menidak-normalkan hippocampal di limbiknya

Tak ada yang percaya padanya
Ketika jujurnya berkata
“Aku tak baik-baik saja,”
Melirik sekeliling, semua bisu

Kenyataan membawanya berpura-pura
Menampilkan senyum seolah dia tanpa luka
Namun lingkungan tanpa sadar
Telah menumbuhkannya menjadi monster

Satu waktu insomnia menjaganya
Malam memeluknya dengan erat
Dirinya terdoktrin
Pada anggapan 24 jam sehari tak cukup baginya

Lukisan aneh tak bergambar
Beragam ide melebamkan tangannya
Abstrak menjuduli hidupnya
Cerdas menjadi headline profilnya

Sebuah waktu dirinya membuang jiwanya
Membanding hidupnya dengan lainnya
Sebuah tabrakan meresahkannya
Antara ilusi dan kenyataan

Mimpi menjadi alamnya
Selimut menjadi tempat berlindungnya
Membenci riuh dan gemerlap
Mencintai kegelapan yang menenangkan

Sesaat ia sadar
Membuka mata memalingkan pandangan
Pintu lift telah terbuka
Saatnya menyudahi memandang bayangan asing

Saat kakinya melangkah keluar
Déjà vu kembali menghampirinya
Menggelengkan kepala, mengerutkan dahinya
Mengembalikan keadaan pada waktu yang seharusnya

Ia bukan manusia tak beragama
Bukan manusia yang kehilangan kepercayaan
Tiap langkahnya selalu berdoa
Menyisih harap untuk kesembuhan

Perjuangan di setiap hela nafasnya
Terus menata puing kehidupannya
Terus mendalami sebuah hubungan sakral
Antara dirinya dan Sang Maha Pencipta



April 2, 2018 – 23:41 PM
Ditulis oleh JOY FARA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Vol. 1 (Disorder)

Aku tenggelam. Dalam lautan lepas yang tenang, yang birunya menyembunyikanku dari permukaan. Semua terasa berbeda. Dadaku begitu ses...